Misteri Di Balik Gunung Kawi
Gunung kawi adalah gunung yang sudah terkenal di kalangan masyarakat jawa timur tepatnya di Kabupaten Malang. Banyak cerita misteri yang terdapat di gunung kawi ini, bahkan gunung kawi terkenal dengan sebutan tempat pesugihan. Namun Gunung kawi saat ini telah menjadi tujuan wisata bagi masyarakat sekitar.
Nah, dalam kesempatan kali ini kita akan mengulas tetang asal usul gunung kawi yang menyimpan banyak misteri. sehingga mampu menarik banyak wisatawan untuk datang ke pesarehan gunung kawi, Apalagi kalau ketika ada acara suroan para wisatawan memenuhi gunung kawi demi menyaksikan budaya yang masih di pegang oleh masyarakat gunung kawi.
Cerita Misteri Jumat Legi dan 12 Suro di Gunung Kawi
Para pengunjung banyak melakukan ritual pada hari Jumat Legi yaitu merupakan hari pemakaman Eyang Jugo (Kyai Zakaria II) dan tanggal 12 bulan Suro yaitu hari memperingati wafatnya Eyang Sujo (Raden Mas Iman Sudjono). Keduanya merupakan pembantu dari Pangeran Diponegoro
Di dalam bangunan makam, pengunjung tidak boleh memikirkan sesuatu yang tidak baik serta disarankan untuk mandi keramas sebelum berdoa di depan makam. Ritual dilakukan dengan meletakkan sesaji, membakar dupa, dan bersemedi selama berjam-jam, berhari-hari, bahkan hingga berbulan-bulan.
Cerita Misteri Rumah Eyang Sujo di Gunung Kawi
Rumah Eyang Sujo berbentuk padepokan. Rumah ini digunakan untuk dakwah Islam, ajaran moral Kejawen, keterampilan bercocok tanam, pengobatan, ilmu kesaktian, dan lain-lain. Sepeninggalnya Eyang Sujo, rumah ini ditempati oleh pengikut terdekatnya yang bernama Ki Maridun.
Di tempat ini terdapat berbagai peninggalan yang dikeramatkan milik Eyang Sujo, antara lain adalah bantal dan guling yang berbahan batang pohon kelapa, serta tombak pusaka semasa perang Diponegoro.
Cerita Misteri Guci Kuno di Gunung Kawi
Pada zaman dulu, Eyang Jugo menggunakan guci kuno ini untuk menyimpan air suci yang akan digunakan untuk pengobatan. Masyarakat setempat sering menyebut guci tersebut dengan nama ‘janjam’.
Guci kuno ini sekarang diletakkan di samping kiri pesarean (makam). Masyarakat meyakini bahwa dengan meminum air dari guci ini akan membuat seseorang menjadi awet muda.
Cerita Misteri Pohon Dewandaru di Gunung Kawi
Di area pemakaman terdapat pohon yang dianggap akan mendatangkan keberuntungan. Pohon ini disebut pohon dewandaru (pohon kesabaran). Pohon yang termasuk jenis cereme Belanda ini biasa disebut sebagai shian-to atau pohon dewa oleh orang-orang Tionghoa.
Para peziarah menunggu dahan, buah, dan daun jatuh dari pohon Dewandaru ini. Begitu ada yang jatuh, mereka akan memanfaatkannya sebagai azimat. Biasanya daun atau buahnya dibungkus dengan selembar uang kemudian disimpan ke dalam dompet.
Masyarakat percaya jika azimat tersebut dapat membantu menambah kekayaan. Namun, untuk mendapatkan daun dan buah dewandaru diperlukan kesabaran. Hitungannya bukan hanya, jam, bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.
Cerita Misteri Petilasan Prabu Sri Kameswara di Gunung Kawi
Tempat ini lebih dikenal dengan nama keraton. Lokasinya berada di ketinggian 700 meter. Untuk mencapai tempat ini, diperlukan perlu waktu setengah jam dari makam Eyang Bujo dan Sujo.
Pada tahun 1200 masehi, lokasi ini pernah menjadi tempat pertapaan Prabu Kameswara, pangeran dari Kerajaan Kediri yang beragama Hindu, saat tengah menghadapi kemelut politik kerajaan. Konon, setelah bertapa di tempat ini, sang prabu berhasil menyelesaikan kekacauan politik di kerajaannya. Namun saat ini petilasan ini dijadikan oleh beberapa orang sebagai tempat pemujaan dan banyak dilakukan praktek pesugihan di tempat ini.
Gunung ini juga sangat terkenal dengan pesugihannya, nah ini pesugihan yang sangat melegendaris di gunung kawi ritual Gunung Kawi :
Ritual Pesugihan Gunung Kawi
Dari pemaparan seorang kuncen yang belum lama ini saya temui, saya mengetahui bahwa ritual pesugihan gunung kawi sebenarnya hanya dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Para peziarah sekedar diwajibkan untuk melakukan ritual tapa brata selama 3 hari di bawah sebuah pohon keramat bernama pohon Dewandaru.
Ritual Pesugihan Gunung Kawi
Sebelum melaksanakan tapabrata, peziarah tersebut diwajibkan terlebih dahulu melakukan mandi suci yang dipimpin langsung oleh sang kuncen. Ketika melaksanakan mandi wajib inilah, peziarah itu melakukan kontrak mati atau semacam perjanjian dengan penguasa gaib gunung kawi. Mereka harus bersedia memberikan tumbal nyawa pada sang penguasa setiap tahun untuk melanggengkan kekayaannya.
Setelah melaksanakan mandi wajib, para peziarah baru diperbolehkan bergabung bersama para peziarah lain untuk melakukan tapa brata. Mereka harus bersila di atas selembar daun pisang, tidak boleh makan, minum, dan tidur. Mereka pun tidak boleh buang air besar dan buang air kecil kecuali mengeluarkannya di atas daun pisang yang didudukinya. [Baca Juga : Pesugihan Nyi Blorong]
Tapa brata dihentikan jika mereka telah dihampiri selembar daun dari pohon Dewandari yang gugur dengan sendirinya. Daun itu harus jatuh tepat di tubuh. Gugurnya daun dewandaru menandakan bahwa keinginan Anda untuk menjadi kaya melalui jalur pesugihan gunung kawi telah disetujui oleh penguasa gaib penunggu pohon dewandaru itu.
Namun jika selama 3 hari melakukan tapa brata, petapa tidak kejatuhan daun dewandaru, hal ini berarti keinginan Anda untuk menjadi kaya melalui pesugihan ini tidak diizinkan oleh penguasa gaib Gunung Kawi. Anda akan pulang dengan tangan hampa dan tidak mendapatkan keberkahan dari tapa brata yang Anda lakukan. Orang-orang yang gagal mendapatkan daun dewandaru biasanya adalah orang-orang yang memiliki niat buruk dan sebetulnya tidak terlalu butuh karena secara ekonomi sudah berkecukupan. Sedangkan orang yang berhasil memperoleh daun dewandaru adalah mereka yang benar-benar sudah dalam posisi sulit, terlilit hutang, dan mengalami kesulitan dalam bidang ekonomi.
Kisah Nyata Persembahan Tumbal
Setelah menjalani ritual pesugihan gunung dan mendapatkan selembar daun dewandaru, petapa harus pulang dan menyimpan daun yang didapatkannya itu di dalam bantal tempat tidurnya. Selain itu, ia juga harus membuka usaha dagang. Daun dewandaru yang disimpannya dalam bantal akan membantu melariskan dagangan, menambahkan uang secara gaib ke dalam laci penyimpanan uang, dan membantu melancarkan usaha tersebut secara spiritual.
Kisah Nyata Persembahan Tumbal
Setelah satu tahun, pemilik pesugihan biasanya akan mulai mengalami peningkatan dalam kehidupan ekonominya. Ketika itu, ia mulai harus menyerahkan tumbal seorang manusia yang masih memiliki hubungan darah dan sepersusuan dengannya. Ia harus menunjuknya dan merelakan kepergian saudaranya itu untuk dijadikan pesuruh di kerajaan gaib gunung kawi. Setiap tahun tumbal harus diberikan melalui ritual tertentu. Seorang yang ditunjuk menjadi tumbal biasanya akan mati secara mendadak tanpa diduga-duga. Selain itu, setiap kali memberi tumbal, kekayaan pemilik pesugihan biasanya akan melonjak secara drastis.
Gunung kawi adalah gunung yang sudah terkenal di kalangan masyarakat jawa timur tepatnya di Kabupaten Malang. Banyak cerita misteri yang terdapat di gunung kawi ini, bahkan gunung kawi terkenal dengan sebutan tempat pesugihan. Namun Gunung kawi saat ini telah menjadi tujuan wisata bagi masyarakat sekitar.
Nah, dalam kesempatan kali ini kita akan mengulas tetang asal usul gunung kawi yang menyimpan banyak misteri. sehingga mampu menarik banyak wisatawan untuk datang ke pesarehan gunung kawi, Apalagi kalau ketika ada acara suroan para wisatawan memenuhi gunung kawi demi menyaksikan budaya yang masih di pegang oleh masyarakat gunung kawi.
Cerita Misteri Jumat Legi dan 12 Suro di Gunung Kawi
Para pengunjung banyak melakukan ritual pada hari Jumat Legi yaitu merupakan hari pemakaman Eyang Jugo (Kyai Zakaria II) dan tanggal 12 bulan Suro yaitu hari memperingati wafatnya Eyang Sujo (Raden Mas Iman Sudjono). Keduanya merupakan pembantu dari Pangeran Diponegoro
Di dalam bangunan makam, pengunjung tidak boleh memikirkan sesuatu yang tidak baik serta disarankan untuk mandi keramas sebelum berdoa di depan makam. Ritual dilakukan dengan meletakkan sesaji, membakar dupa, dan bersemedi selama berjam-jam, berhari-hari, bahkan hingga berbulan-bulan.
Cerita Misteri Rumah Eyang Sujo di Gunung Kawi
Rumah Eyang Sujo berbentuk padepokan. Rumah ini digunakan untuk dakwah Islam, ajaran moral Kejawen, keterampilan bercocok tanam, pengobatan, ilmu kesaktian, dan lain-lain. Sepeninggalnya Eyang Sujo, rumah ini ditempati oleh pengikut terdekatnya yang bernama Ki Maridun.
Di tempat ini terdapat berbagai peninggalan yang dikeramatkan milik Eyang Sujo, antara lain adalah bantal dan guling yang berbahan batang pohon kelapa, serta tombak pusaka semasa perang Diponegoro.
Cerita Misteri Guci Kuno di Gunung Kawi
Pada zaman dulu, Eyang Jugo menggunakan guci kuno ini untuk menyimpan air suci yang akan digunakan untuk pengobatan. Masyarakat setempat sering menyebut guci tersebut dengan nama ‘janjam’.
Guci kuno ini sekarang diletakkan di samping kiri pesarean (makam). Masyarakat meyakini bahwa dengan meminum air dari guci ini akan membuat seseorang menjadi awet muda.
Cerita Misteri Pohon Dewandaru di Gunung Kawi
Di area pemakaman terdapat pohon yang dianggap akan mendatangkan keberuntungan. Pohon ini disebut pohon dewandaru (pohon kesabaran). Pohon yang termasuk jenis cereme Belanda ini biasa disebut sebagai shian-to atau pohon dewa oleh orang-orang Tionghoa.
Para peziarah menunggu dahan, buah, dan daun jatuh dari pohon Dewandaru ini. Begitu ada yang jatuh, mereka akan memanfaatkannya sebagai azimat. Biasanya daun atau buahnya dibungkus dengan selembar uang kemudian disimpan ke dalam dompet.
Masyarakat percaya jika azimat tersebut dapat membantu menambah kekayaan. Namun, untuk mendapatkan daun dan buah dewandaru diperlukan kesabaran. Hitungannya bukan hanya, jam, bisa berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.
Cerita Misteri Petilasan Prabu Sri Kameswara di Gunung Kawi
Tempat ini lebih dikenal dengan nama keraton. Lokasinya berada di ketinggian 700 meter. Untuk mencapai tempat ini, diperlukan perlu waktu setengah jam dari makam Eyang Bujo dan Sujo.
Pada tahun 1200 masehi, lokasi ini pernah menjadi tempat pertapaan Prabu Kameswara, pangeran dari Kerajaan Kediri yang beragama Hindu, saat tengah menghadapi kemelut politik kerajaan. Konon, setelah bertapa di tempat ini, sang prabu berhasil menyelesaikan kekacauan politik di kerajaannya. Namun saat ini petilasan ini dijadikan oleh beberapa orang sebagai tempat pemujaan dan banyak dilakukan praktek pesugihan di tempat ini.
Gunung ini juga sangat terkenal dengan pesugihannya, nah ini pesugihan yang sangat melegendaris di gunung kawi ritual Gunung Kawi :
Ritual Pesugihan Gunung Kawi
Dari pemaparan seorang kuncen yang belum lama ini saya temui, saya mengetahui bahwa ritual pesugihan gunung kawi sebenarnya hanya dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Para peziarah sekedar diwajibkan untuk melakukan ritual tapa brata selama 3 hari di bawah sebuah pohon keramat bernama pohon Dewandaru.
Ritual Pesugihan Gunung Kawi
Sebelum melaksanakan tapabrata, peziarah tersebut diwajibkan terlebih dahulu melakukan mandi suci yang dipimpin langsung oleh sang kuncen. Ketika melaksanakan mandi wajib inilah, peziarah itu melakukan kontrak mati atau semacam perjanjian dengan penguasa gaib gunung kawi. Mereka harus bersedia memberikan tumbal nyawa pada sang penguasa setiap tahun untuk melanggengkan kekayaannya.
Setelah melaksanakan mandi wajib, para peziarah baru diperbolehkan bergabung bersama para peziarah lain untuk melakukan tapa brata. Mereka harus bersila di atas selembar daun pisang, tidak boleh makan, minum, dan tidur. Mereka pun tidak boleh buang air besar dan buang air kecil kecuali mengeluarkannya di atas daun pisang yang didudukinya. [Baca Juga : Pesugihan Nyi Blorong]
Tapa brata dihentikan jika mereka telah dihampiri selembar daun dari pohon Dewandari yang gugur dengan sendirinya. Daun itu harus jatuh tepat di tubuh. Gugurnya daun dewandaru menandakan bahwa keinginan Anda untuk menjadi kaya melalui jalur pesugihan gunung kawi telah disetujui oleh penguasa gaib penunggu pohon dewandaru itu.
Namun jika selama 3 hari melakukan tapa brata, petapa tidak kejatuhan daun dewandaru, hal ini berarti keinginan Anda untuk menjadi kaya melalui pesugihan ini tidak diizinkan oleh penguasa gaib Gunung Kawi. Anda akan pulang dengan tangan hampa dan tidak mendapatkan keberkahan dari tapa brata yang Anda lakukan. Orang-orang yang gagal mendapatkan daun dewandaru biasanya adalah orang-orang yang memiliki niat buruk dan sebetulnya tidak terlalu butuh karena secara ekonomi sudah berkecukupan. Sedangkan orang yang berhasil memperoleh daun dewandaru adalah mereka yang benar-benar sudah dalam posisi sulit, terlilit hutang, dan mengalami kesulitan dalam bidang ekonomi.
Kisah Nyata Persembahan Tumbal
Setelah menjalani ritual pesugihan gunung dan mendapatkan selembar daun dewandaru, petapa harus pulang dan menyimpan daun yang didapatkannya itu di dalam bantal tempat tidurnya. Selain itu, ia juga harus membuka usaha dagang. Daun dewandaru yang disimpannya dalam bantal akan membantu melariskan dagangan, menambahkan uang secara gaib ke dalam laci penyimpanan uang, dan membantu melancarkan usaha tersebut secara spiritual.
Kisah Nyata Persembahan Tumbal
Setelah satu tahun, pemilik pesugihan biasanya akan mulai mengalami peningkatan dalam kehidupan ekonominya. Ketika itu, ia mulai harus menyerahkan tumbal seorang manusia yang masih memiliki hubungan darah dan sepersusuan dengannya. Ia harus menunjuknya dan merelakan kepergian saudaranya itu untuk dijadikan pesuruh di kerajaan gaib gunung kawi. Setiap tahun tumbal harus diberikan melalui ritual tertentu. Seorang yang ditunjuk menjadi tumbal biasanya akan mati secara mendadak tanpa diduga-duga. Selain itu, setiap kali memberi tumbal, kekayaan pemilik pesugihan biasanya akan melonjak secara drastis.
Komentar
Posting Komentar