Mitos Maung Bodas dan Banteng Wulung

Sang legendaris dari kerajaan pajajaran
Cerita kerajaan pasundan pajajaran memang sering simpang siur namun untuk mereka (dua orang bebenteng pajajaran) ini, saya punya bukti dan kebenarannya,mereka adalah benar adanya dan tak pernah berpisah dalam melaksanakan tugasnya mereka selalu bersama hingga sampai akhir hayatnya mereka di semayamkan di perbatasan antara Sancang satu dan Sancang dua tepatnya di sebuah bukit kecil di Kampung Pagelaran Desa Depok Kecamatan Cisompet Kabupaten Garut Kira-kira 7KM sebelum Kota Pamengpeuk atau di sebelah timur Situs pemakaman raja-raja Sunda di pemakaman bukit Gunung Nagara atau Sancang utama.
Makam ini dipercaya oleh penduduk setempat sebagai makam keramat. Penduduk setempat menyebutnya sebagai makam “Sembah Huis” Huis ialah rambut/bulu yang putih maka karena  Eyang Maung Bodas dan Munding Bodas itu ber-rambut  dan berjambang serta memiliki jenggot yang putih maka dipangggillah oleh masyarakat waktu itu Eyang/Sembah Huis hingga sekarang. Konon menurut cerita setelah mereka menjadi tua mereka tinggal di bukit Pagelaran, mereka setelah tinggal di bukit itu mendirikan Padepokan sebagai tempat belajar ilmu bela diri,setiap minggu selalu menggelar seni bela diri dengan sebutan ilmu jurus Pamacan dan banyak para murid yang berdatangan dari setiap penjuru tatar sunda termasuk Banten untuk berguru jurus Pamacan kepada Kedua tokoh tersebut.
Semenjak itulah tempat itu dinamakan Kampung  Pagelaran dan Desa Depok sampai sekarang. Konon di makam  tersebut warga setempat sering melihat Cahaya yang bersinar Keluar dari dua makam itu. Menurut cerita dari mulut kemulut bahwa di makam tersebut ada Selendang merah dan batu merah delima yang konon akan diberikan kepada siapa saja yang beruntung yang jelas pada pejiarah kemakam tersebut. Adapun asal usul selendang tersebut adalah milik Sang penguasa laut kidul atau Ibu Ratu Kidul yang melegendaris dikalangan masyarakat pasundan sebagai Nyi Roro kidul, Pada waktu Eyang Maung Bodas dan Munding Bodas Masih hidup sebagai Guru besar dipadepokan,  sang penguasa pantai selatan berkunjung dan memberinya selendang merah dan batu merah delima, kedua benda tersebut masih ada hingga sekarang namun sekarang keberadaan-nya menjadi misteri dan sesekali muncul menampakan-nya pada orang-orang disekeliling  makam tersebut.
Makam karomah sembah huis adalah salah satu situs peninggalan sejarah yang berharga, yang membuktikan bahwa Maung dan Mundig Bodas itu benar-benar ada.
Namun Batu nisan Eyang Munding  bodas raib  dicuri seseorang sekitar tahun delapan puluhan ,namun orang itu tidak berhasil membawa batu nisan tersebut karena dia jatuh di tebing makam sebelah barat dan batu nisan itu jatuh menimpa kepala sang pencuri hingga mati dan batu nya pun potong berkeping-keping  dan salah satu kepingan nya ada pada penulis.
Demikian cerita ini diambil dari cerita rakyat setempat.

Komentar