Gunung kawi di sebut dengan gunung sejuta pesugihan dari sekian banyak pesugihan salah satunya yang sangat dikenal adalah Pesugihan Nyi Blorong , inilah cerita mengenai ritual nyi blorong
Bagi para pemuja pesugihan blorong, jika mereka berhasil melakukan persekutuan maka harus menyiapkan kamar kosong sebagai tempat untuk melakukan pemujaan. Di kamar ini blorong akan menjalin hubungan badan dengan pemilik pesugihan untuk mengikat jiwanya.
cerita mistis misteri nyata pesugihan nyi blorong
Bagi sebagian orang yang tengah terhimpit utang piutang bisa jadi akal sehat menjadi tidak waras. Mereka akan mencari jalan singkat apapun resikonya tetap akan dijalani, asalkan bisa melunasi hutang-hutangnya. Keinginan orang-orang seperti ini biasanya menyukai jalan instan untuk memperoleh harta kekayaan. Selain akal sehatnya sakit, rasa malas berusaha kerap menjadikan orang-orang seperti itu akhirnya menempuh jalan sesat yaitu mencari kekayaan gaib lewat pesugihan.
Jalan ini bagi orang-orang pemalas memang lebih aman daripada mereka harus menantang keberanian untuk merampok, mencuri dan kejahatan lainnya. Sanksi pidana kejahatan seperti merampok dan mencuri memang harus dipertanggungjawabkan di hadapan hukum dengan cara ménjalani sanksi pidana. Lain halnya kejahatan bersekutu dengan setan yang kelak harus Ia pertanggungjawabkan di akhirat. Hukum akhirat jauh lebih berat jika dibandingkan dengan hukum dunia, karena hukum akhirat tiada pernah usai dijalani.
Manusia tidak pernah mengerti dan mengetahui seperti apa kelak hukuman di akhirat, hanya saja sebagai umat Tuhan, manusia harus mempercayai firman Tuhan yang tersurat di dalam kitab suci. Karena hukum akhirat untuk manusia yang bersekutu dengan sêtan hanya siksa di neraka jahanam. Bersekutu dengan setan tidak hanya menjerat si pelaku saja, tetapi selama tujuh turunan Ia akan dijerat oleh setan.
Manusia yang bersekutu dengan setan akan dijadikan hamba dan mengabdi kepada setan sepanjang jaman, sampai saatnya Tuhan Sang Maha Pencipta melebur jagad raya memberi penghakiman dan menimbang seberapa banyak amal dan dosa yang ia lakukan selama menjalani kehidupan di dunia. Semua itu menjadi rahasia Tuhan Sang Maha Pencipta, karena tiada lain yang mengetahui dosa umat manusia kecuali Tuhan Sang Maha Pencipta.
Banyak orang berharap memperoleh kekayaan dengan cara instan mencari tempat pesugihan di tempat keramat, punden pedanyangan dan tempat lain yang di tengarai bisa dipakai untuk melakukan pesugihan. Di manapun tempat keramat sebenarnya memang bisa dipakai untuk melakukan persekutuan, akan tetapi tempat tersebut harus memiliki keterikatan dan menjadi tempat bersemayamnya siluman pemujaan. Oleh sebab itu anggapan mutlak mencari pesugihan di mana tempat bisa dilakukan itu tidaklah benar.
Mencari pesugihan di sebuah tempat keramat yang salah tempat bisa berdampak terkena siku (melanggar pantangan spiritual di sebuah tempat keramat). Mereka yang terkena siku bukan kekayaan yang Ia peroleh, melainkan nasib sial dan apes yang berujung pada kematian bila seseorang terkena siku. Kehidupan alam gaib sama halnya dengan kehidupan di alam nyata. Tempat keramat bisa jadi tempat terlarang untuk orang-orang meminta dan bersekutu dengan setan, apalagi melakukan pemujaan pesugihan.
Hal yang dianggap paling mudah untuk melakukan pemujaan adalah tempat pembuangan pesugihan yang sudah tidak dipakai lagi oleh pemiliknya. Di tempat ini justru siluman pesugihan akan mencari mangsa orang-orang yang mau merawatnya dengan iming-Iming kekayaan sebagai gantinya. Sedangkan tempat pembuangan pesugihan biasanya ada di sungai di bawah jembatan atau gunung.
Dari sekian banyak sungai yang dihuni pesugihan, salah satunya ada di jembatan Kaligawe. Selama ini nama Kaligawe memang memiliki mitos yang melegenda,menjadi tempat untuk mencari pesugihan. Bagi warga sekitar, mitos keberadaan jembatan di samping makam keramat Syech Joko untuk tempat mencari pesugihan memang sudah bukan rahasia umum lagi. Karena legenda tersebut sudah ada sejak ratusan tahun yang silam, mengingat sejarah kaligawe dan Syech Joko terkait dengan keberadaan Kanjeng Ratu Kidul dan Blorong sebagai abdi-abdinya. Sehingga tidak mengherankan jika banyak orang yang datang ke Kaligawe untuk mencari kekayaan duniawi.
Mistis Misteri Tempat Pesugihan Blorong Di Kaligawe
Akan tetapi meski banyak orang yang datang menjalani laku ritual di Kaligawe setiap malam tertentu, namun tidak semua orang mencari pesugihan. Ada juga pelaku ritual yang ingin ziarah, nenepi tirakat atau sekedar mencari tempat untuk merenung dan keperluan lainya. Niat (keinginan) hati seseorang memang tidak bisa dilihat apalagi dibaca, oleh karena itu meski banyak orang yang menjalani laku ritual di Kaligawe, namun niat itu tergantung dari diri pribadi mereka masing-masing.
Seperti dikatakan oleh Narno, salah satu warga Kaligawe yang rumahnya tak jauh dari makam Syech Joko. Keramaian Kaligawe pada malam Jum’at Kliwon dan Selasa Kliwon memang tidak seperti dulu lagi, namun masih saja ada pelaku ritual yang datang ritual di Kaligawe.
“Para peziarah kerap menjalani ritual pada malam jum’at Kliwon,” Kata Narno mengungkapkan.
Ditambahkan Narno, mitos Kaligawe berawal dan kisah Syech Joko yang mencintai salah satu putri Kanjeng Ratu Kidul. Syeh Joko sendiri dalam kisah diterangkan, ia masih satu saudara dengan Raden Patah, penguasa Demak Bintara. Kecintaannya dengan putri Kanjeng Ratu Kidul memang tidak mudah dijalani oleh Syech Joko, meski keduanya saling mencintai, tetapi Kanjeng Ratu KiduI tidak menyetujui hubungan mereka berdua.
Berbagai alasan dan syarat diajukan oleh Kanjeng Ratu Kidul kepada Syech Joko agar jalinan cinta mereka putus. Sampai akhirnya Kanjeng Ratu Kidul meminta kepada Syech Joko agar dibuatkan jembatan dari koin emas sebagai syarat meminang putrinya. Mendengar syarat mas kawin yang harus Ia penuhi untuk kekasihnya, Syech Joko tidak keberatan, meski jembatan koin emas harus ia bangun hanya waktu semalam saja.
Demi orang yang dicintai, dengan kesaktiannya Syech Joko berhasil merampungkan jembatan koin emas dalam tempo semalam. Melihat syarat yang diajukan bisa dipenuhi, Kanjeng Ratu Kidul kemudian mengutus pasukan Blorong untuk menggagalkan dan menghancurkan jembatan emas di Kaligawe. Serbuan pasukan siluman Blorong akhirnya dihadapi oleh Syech Joko dan terjadilan pertempuran yang sangat sengit. Dalam pertempuran itu, Syech Joko dikeroyok ribuan siluman blorong. Tetapi dengan kesaktiannya para siluman blorong akhirnya bertekuk lutut berhasil dikalahkan.
Kekalahan Blorong kemudian menjadikan siluman tersebut menjadi pengikutnya. ‘Hingga di akhir hayatnya, Syech Joko dimakamkan di Desa Kaligawe. Keikutsertaan para blorong kepada Syech Joko tidak lantas pergi begitu saja sejak ditinggal wafat oleh Syech Joko. Para Blorong terus mengikuti dan menjaga makam Syech Joko di Kaligawe, tetapi keberadaannya menetap di sungai yang tak jauh dari makam Syech Joko.
Sekilas makam Syech Joko memang tidak tampak mencolok sebagai tempat keramat, karena tertutup pagar tembok keliling setinggi dua meter. Di tempat ini tidak hanya bangunan makam Syech Joko saja, tetapi ada juga nisan makam lain di sekitar pusaranya. Selain bangunan makam ada juga masjid yang cliperuntukkan bagi para ritual sembahyang, sholat.
Di samping makam Kaligawe terdapat sungai selebar kurang lebih sepuluh meter dan sebuah jembatan yang membentang di jalan raya Kaligawe Pedan. Di sungal inilah konon dipercaya sebagal tempat bersemayamnya para siluman blorong yang berasal dan Segara Kidul. Bagi orang yang memiliki linuwih, jembatan Kaligawe adalah jembatan gaib yang terbuat dan kepingan koin emas. Tetapi sangat mengerikan, di sekitar jembatan banyak sekali ular-ular siluman Blorong yang bertugas menjaga jembatan.
Para pelaku ritual yang ingin melakukan pemujaan Blorong, di akhir laku ritualnya mereka harus kungkum di Kaligawe. Jika berhasil orang tersebut akan memperoleh kekayaan dan bersekutu dengan Blorong, jika tidak berhasil maka hanya sia-sia waktu dan tenaga yang sudah Ia Iuangkan untuk menjalani laku. Karena sadar atau tidak sadar, bahwa tidak semua orang bisa memiliki pesugihan. Faktor keturunan dan aura seseorang sangat mempengaruhi keberhasilan ia melakukan persekutuan.
Jika Leluhurnya pernah memiliki pesugihan maka anak keturunannya akan mudah melakukan persekutuan, karena garis keturunan akan terlihat jika leluhur-leluhurnya pernah memiliki pesugihan Blorong. Roh leluhurnya juga masih berada di tempat ia melakukan pemujaan, jika memuja Blorong, roh tersebut berada di laut selatan. Ia akan dipakai untuk menghiasi kraton Blorong. Roh para pemuja Blorong juga akan menjadi Blorong, ia akan menjadi siluman untuk pesugihan.
Para pelaku ritual yang ingin menjalani laku ritual di Kaligawe, sebelumnya harus menjalani ritual di makam Syech Joko. Pada proses ini segala permohonan diutarakan dengan membawa perlengkapan sesaji. Untuk sekali melakukan penyuwunan, pelaku ritual harus menyediakan pisang raja setangkep, candu bakar dan kembang tujuh rupa. Syarat ini biasanya diujubkan sang juru kunci jika pelaku ritual tidak bisa mengujubkanya. Tetapi jika ia ingin mengujubkannya sendiri juga tidak menjadi soal.
Bagi para pelaku ritual, ujub pada saat menggelar ritual di sebuah tempat keramat paling baik memang dilakukan sendiri. Karena berbagai penyuwunan dan janji jika terkabul hanya diri pribadi yang mengetahuinya. Akan celaka jika ternyata pada saat mengujubkan sesaji ada janji yang disampaikan oleh sang juru kunci, padahal pelaktl ritual sama sekali tidak pernah mengungkapkan janji tersebut. Jika hal itu terjadi maka yang akan ditagih janjinya adalah si pelaku ritual.
Usai menggelar penyuwunan di makam Syech Joko pelaku ritual biasanya menginap selama tujuh hari tujuh malam di makam untuk melengkapi ritualnya. Hanya saja memang tidak semua orang menginap pada saat mereka melakukan penyuwunan, semua tergantung dan apa yang diinginkannya.Para pelaku ritual yang menjalani laku di kaligawe tidák hanya ingin kaya, tetapi ada juga yang ziarah menggelar doa Yasin tahlil. Ingin sembuh dari sakit menahun, laris, sukses jabatan dan keinginan lainnya. Hasil dan tidaknya penyuwunan ngalap berkah seseorang semua tergantung dari niat dan kebersihan hati masing-masing.
Ritual Hubungan Badan Pesugihan Blorong
Bagi para pemuja pesugihan Blorong, jika mereka berhasil melakukan persekutuan maka harus menyiapkan kamar kosong sebagai tempat untuk melakukan pemujaan. Di kamar ini Blorong akan menjalin hubungan badan dengan pemilik pesugihan untuk mengikat jiwanya. Selain mengikat jiwa pemiliknya, setiap malam purnama sang pemilik juga harus menyediakan tumbal nyawa. Pada saat awal melakukan pemujaan, sebelumnya pemilik pesugihan Blorong sudah melakukan kesepakatan menumbalkan salah seorang anggota keluarganya.
Namun setelah tumbal yang pertama, pemilik pesugihan bisa melepas Blorong mencari tumbalnya sendiri. Blorong yang dilepas mencari tumbal sendiri biasanya diletakkan di jalan raya yang tak jauh dari jembatan sungai. Dampak dari adanya Blorong di jalan raya tersebut maka jalan raya akan menjadi rawan kecelakaan. Dilepasnya Blorong di jalan raya untuk mencari tumbal memang kerap dilakukan oleh pemilik pesugihan yang tak mau keluarganya menjadi tumbal, tetapi cara ini memang sama saja mengorbankan jiwa orang lain yang tidak bersalah.
Selain melepaskan blorong di jalan raya, pemilik pesugihan juga bisa menandai orang lain untuk tumbal Blonong. Orang yang akan dijadikan tumbal oleh pemilik pesugihan biasanya memperoleh banyak pemberian. Tidak hanya uang dan makanan, tetapi harta benda juga diberikan. Pemberian ini sebagai tanda bagi Blorong, daftar jiwa seseorang yang akan dijadikan tumbal Pesugihan Blorong tidak hanya mendatangkan kekayaan secara instan, tetapi bisa juga dipakai untuk pelarisan, khususnya para pemilik rumah makan.
Cara ini bagi sebagian orang dianggap lebih ringan dosanya karena pemilik Blorong masih tetap harus berusaha dengan cara bekerja. Namun anggapan ringan dosa tidaklah demikian bagi Tuhan, karena dosa yang paling dilaknat adalah bersekutu dengan setan. Tidak pandang bagaimanpun cara yang ia jalani, menduakan Tuhan adalah sebuah dosa yang amat besar.
Memiliki pesugihan bagi orang-orang memang kerap menjadi alasan agar bisa hidup senang di dunia. Tetapi kesenangan dalam hidup sebenannya bukanlah harta dan kekayaan, melainkan ketenangan hati dan pikiran. Manusia menjalani hidup di dunia hanya sesaat saja, ibarat kata ‘Mung Sak Drema Mampin Ngombe’, hanya sekedar mampir minum saja. Oleh karena itu waktu yang sesaat hendaknya menjadikan manusia memiliki rasa ikhlas menerima, nerima ing pandum.
Bagi para pemuja pesugihan blorong, jika mereka berhasil melakukan persekutuan maka harus menyiapkan kamar kosong sebagai tempat untuk melakukan pemujaan. Di kamar ini blorong akan menjalin hubungan badan dengan pemilik pesugihan untuk mengikat jiwanya.
cerita mistis misteri nyata pesugihan nyi blorong
Bagi sebagian orang yang tengah terhimpit utang piutang bisa jadi akal sehat menjadi tidak waras. Mereka akan mencari jalan singkat apapun resikonya tetap akan dijalani, asalkan bisa melunasi hutang-hutangnya. Keinginan orang-orang seperti ini biasanya menyukai jalan instan untuk memperoleh harta kekayaan. Selain akal sehatnya sakit, rasa malas berusaha kerap menjadikan orang-orang seperti itu akhirnya menempuh jalan sesat yaitu mencari kekayaan gaib lewat pesugihan.
Jalan ini bagi orang-orang pemalas memang lebih aman daripada mereka harus menantang keberanian untuk merampok, mencuri dan kejahatan lainnya. Sanksi pidana kejahatan seperti merampok dan mencuri memang harus dipertanggungjawabkan di hadapan hukum dengan cara ménjalani sanksi pidana. Lain halnya kejahatan bersekutu dengan setan yang kelak harus Ia pertanggungjawabkan di akhirat. Hukum akhirat jauh lebih berat jika dibandingkan dengan hukum dunia, karena hukum akhirat tiada pernah usai dijalani.
Manusia tidak pernah mengerti dan mengetahui seperti apa kelak hukuman di akhirat, hanya saja sebagai umat Tuhan, manusia harus mempercayai firman Tuhan yang tersurat di dalam kitab suci. Karena hukum akhirat untuk manusia yang bersekutu dengan sêtan hanya siksa di neraka jahanam. Bersekutu dengan setan tidak hanya menjerat si pelaku saja, tetapi selama tujuh turunan Ia akan dijerat oleh setan.
Manusia yang bersekutu dengan setan akan dijadikan hamba dan mengabdi kepada setan sepanjang jaman, sampai saatnya Tuhan Sang Maha Pencipta melebur jagad raya memberi penghakiman dan menimbang seberapa banyak amal dan dosa yang ia lakukan selama menjalani kehidupan di dunia. Semua itu menjadi rahasia Tuhan Sang Maha Pencipta, karena tiada lain yang mengetahui dosa umat manusia kecuali Tuhan Sang Maha Pencipta.
Banyak orang berharap memperoleh kekayaan dengan cara instan mencari tempat pesugihan di tempat keramat, punden pedanyangan dan tempat lain yang di tengarai bisa dipakai untuk melakukan pesugihan. Di manapun tempat keramat sebenarnya memang bisa dipakai untuk melakukan persekutuan, akan tetapi tempat tersebut harus memiliki keterikatan dan menjadi tempat bersemayamnya siluman pemujaan. Oleh sebab itu anggapan mutlak mencari pesugihan di mana tempat bisa dilakukan itu tidaklah benar.
Mencari pesugihan di sebuah tempat keramat yang salah tempat bisa berdampak terkena siku (melanggar pantangan spiritual di sebuah tempat keramat). Mereka yang terkena siku bukan kekayaan yang Ia peroleh, melainkan nasib sial dan apes yang berujung pada kematian bila seseorang terkena siku. Kehidupan alam gaib sama halnya dengan kehidupan di alam nyata. Tempat keramat bisa jadi tempat terlarang untuk orang-orang meminta dan bersekutu dengan setan, apalagi melakukan pemujaan pesugihan.
Hal yang dianggap paling mudah untuk melakukan pemujaan adalah tempat pembuangan pesugihan yang sudah tidak dipakai lagi oleh pemiliknya. Di tempat ini justru siluman pesugihan akan mencari mangsa orang-orang yang mau merawatnya dengan iming-Iming kekayaan sebagai gantinya. Sedangkan tempat pembuangan pesugihan biasanya ada di sungai di bawah jembatan atau gunung.
Dari sekian banyak sungai yang dihuni pesugihan, salah satunya ada di jembatan Kaligawe. Selama ini nama Kaligawe memang memiliki mitos yang melegenda,menjadi tempat untuk mencari pesugihan. Bagi warga sekitar, mitos keberadaan jembatan di samping makam keramat Syech Joko untuk tempat mencari pesugihan memang sudah bukan rahasia umum lagi. Karena legenda tersebut sudah ada sejak ratusan tahun yang silam, mengingat sejarah kaligawe dan Syech Joko terkait dengan keberadaan Kanjeng Ratu Kidul dan Blorong sebagai abdi-abdinya. Sehingga tidak mengherankan jika banyak orang yang datang ke Kaligawe untuk mencari kekayaan duniawi.
Mistis Misteri Tempat Pesugihan Blorong Di Kaligawe
Akan tetapi meski banyak orang yang datang menjalani laku ritual di Kaligawe setiap malam tertentu, namun tidak semua orang mencari pesugihan. Ada juga pelaku ritual yang ingin ziarah, nenepi tirakat atau sekedar mencari tempat untuk merenung dan keperluan lainya. Niat (keinginan) hati seseorang memang tidak bisa dilihat apalagi dibaca, oleh karena itu meski banyak orang yang menjalani laku ritual di Kaligawe, namun niat itu tergantung dari diri pribadi mereka masing-masing.
Seperti dikatakan oleh Narno, salah satu warga Kaligawe yang rumahnya tak jauh dari makam Syech Joko. Keramaian Kaligawe pada malam Jum’at Kliwon dan Selasa Kliwon memang tidak seperti dulu lagi, namun masih saja ada pelaku ritual yang datang ritual di Kaligawe.
“Para peziarah kerap menjalani ritual pada malam jum’at Kliwon,” Kata Narno mengungkapkan.
Ditambahkan Narno, mitos Kaligawe berawal dan kisah Syech Joko yang mencintai salah satu putri Kanjeng Ratu Kidul. Syeh Joko sendiri dalam kisah diterangkan, ia masih satu saudara dengan Raden Patah, penguasa Demak Bintara. Kecintaannya dengan putri Kanjeng Ratu Kidul memang tidak mudah dijalani oleh Syech Joko, meski keduanya saling mencintai, tetapi Kanjeng Ratu KiduI tidak menyetujui hubungan mereka berdua.
Berbagai alasan dan syarat diajukan oleh Kanjeng Ratu Kidul kepada Syech Joko agar jalinan cinta mereka putus. Sampai akhirnya Kanjeng Ratu Kidul meminta kepada Syech Joko agar dibuatkan jembatan dari koin emas sebagai syarat meminang putrinya. Mendengar syarat mas kawin yang harus Ia penuhi untuk kekasihnya, Syech Joko tidak keberatan, meski jembatan koin emas harus ia bangun hanya waktu semalam saja.
Demi orang yang dicintai, dengan kesaktiannya Syech Joko berhasil merampungkan jembatan koin emas dalam tempo semalam. Melihat syarat yang diajukan bisa dipenuhi, Kanjeng Ratu Kidul kemudian mengutus pasukan Blorong untuk menggagalkan dan menghancurkan jembatan emas di Kaligawe. Serbuan pasukan siluman Blorong akhirnya dihadapi oleh Syech Joko dan terjadilan pertempuran yang sangat sengit. Dalam pertempuran itu, Syech Joko dikeroyok ribuan siluman blorong. Tetapi dengan kesaktiannya para siluman blorong akhirnya bertekuk lutut berhasil dikalahkan.
Kekalahan Blorong kemudian menjadikan siluman tersebut menjadi pengikutnya. ‘Hingga di akhir hayatnya, Syech Joko dimakamkan di Desa Kaligawe. Keikutsertaan para blorong kepada Syech Joko tidak lantas pergi begitu saja sejak ditinggal wafat oleh Syech Joko. Para Blorong terus mengikuti dan menjaga makam Syech Joko di Kaligawe, tetapi keberadaannya menetap di sungai yang tak jauh dari makam Syech Joko.
Sekilas makam Syech Joko memang tidak tampak mencolok sebagai tempat keramat, karena tertutup pagar tembok keliling setinggi dua meter. Di tempat ini tidak hanya bangunan makam Syech Joko saja, tetapi ada juga nisan makam lain di sekitar pusaranya. Selain bangunan makam ada juga masjid yang cliperuntukkan bagi para ritual sembahyang, sholat.
Di samping makam Kaligawe terdapat sungai selebar kurang lebih sepuluh meter dan sebuah jembatan yang membentang di jalan raya Kaligawe Pedan. Di sungal inilah konon dipercaya sebagal tempat bersemayamnya para siluman blorong yang berasal dan Segara Kidul. Bagi orang yang memiliki linuwih, jembatan Kaligawe adalah jembatan gaib yang terbuat dan kepingan koin emas. Tetapi sangat mengerikan, di sekitar jembatan banyak sekali ular-ular siluman Blorong yang bertugas menjaga jembatan.
Para pelaku ritual yang ingin melakukan pemujaan Blorong, di akhir laku ritualnya mereka harus kungkum di Kaligawe. Jika berhasil orang tersebut akan memperoleh kekayaan dan bersekutu dengan Blorong, jika tidak berhasil maka hanya sia-sia waktu dan tenaga yang sudah Ia Iuangkan untuk menjalani laku. Karena sadar atau tidak sadar, bahwa tidak semua orang bisa memiliki pesugihan. Faktor keturunan dan aura seseorang sangat mempengaruhi keberhasilan ia melakukan persekutuan.
Jika Leluhurnya pernah memiliki pesugihan maka anak keturunannya akan mudah melakukan persekutuan, karena garis keturunan akan terlihat jika leluhur-leluhurnya pernah memiliki pesugihan Blorong. Roh leluhurnya juga masih berada di tempat ia melakukan pemujaan, jika memuja Blorong, roh tersebut berada di laut selatan. Ia akan dipakai untuk menghiasi kraton Blorong. Roh para pemuja Blorong juga akan menjadi Blorong, ia akan menjadi siluman untuk pesugihan.
Para pelaku ritual yang ingin menjalani laku ritual di Kaligawe, sebelumnya harus menjalani ritual di makam Syech Joko. Pada proses ini segala permohonan diutarakan dengan membawa perlengkapan sesaji. Untuk sekali melakukan penyuwunan, pelaku ritual harus menyediakan pisang raja setangkep, candu bakar dan kembang tujuh rupa. Syarat ini biasanya diujubkan sang juru kunci jika pelaku ritual tidak bisa mengujubkanya. Tetapi jika ia ingin mengujubkannya sendiri juga tidak menjadi soal.
Bagi para pelaku ritual, ujub pada saat menggelar ritual di sebuah tempat keramat paling baik memang dilakukan sendiri. Karena berbagai penyuwunan dan janji jika terkabul hanya diri pribadi yang mengetahuinya. Akan celaka jika ternyata pada saat mengujubkan sesaji ada janji yang disampaikan oleh sang juru kunci, padahal pelaktl ritual sama sekali tidak pernah mengungkapkan janji tersebut. Jika hal itu terjadi maka yang akan ditagih janjinya adalah si pelaku ritual.
Usai menggelar penyuwunan di makam Syech Joko pelaku ritual biasanya menginap selama tujuh hari tujuh malam di makam untuk melengkapi ritualnya. Hanya saja memang tidak semua orang menginap pada saat mereka melakukan penyuwunan, semua tergantung dan apa yang diinginkannya.Para pelaku ritual yang menjalani laku di kaligawe tidák hanya ingin kaya, tetapi ada juga yang ziarah menggelar doa Yasin tahlil. Ingin sembuh dari sakit menahun, laris, sukses jabatan dan keinginan lainnya. Hasil dan tidaknya penyuwunan ngalap berkah seseorang semua tergantung dari niat dan kebersihan hati masing-masing.
Ritual Hubungan Badan Pesugihan Blorong
Bagi para pemuja pesugihan Blorong, jika mereka berhasil melakukan persekutuan maka harus menyiapkan kamar kosong sebagai tempat untuk melakukan pemujaan. Di kamar ini Blorong akan menjalin hubungan badan dengan pemilik pesugihan untuk mengikat jiwanya. Selain mengikat jiwa pemiliknya, setiap malam purnama sang pemilik juga harus menyediakan tumbal nyawa. Pada saat awal melakukan pemujaan, sebelumnya pemilik pesugihan Blorong sudah melakukan kesepakatan menumbalkan salah seorang anggota keluarganya.
Namun setelah tumbal yang pertama, pemilik pesugihan bisa melepas Blorong mencari tumbalnya sendiri. Blorong yang dilepas mencari tumbal sendiri biasanya diletakkan di jalan raya yang tak jauh dari jembatan sungai. Dampak dari adanya Blorong di jalan raya tersebut maka jalan raya akan menjadi rawan kecelakaan. Dilepasnya Blorong di jalan raya untuk mencari tumbal memang kerap dilakukan oleh pemilik pesugihan yang tak mau keluarganya menjadi tumbal, tetapi cara ini memang sama saja mengorbankan jiwa orang lain yang tidak bersalah.
Selain melepaskan blorong di jalan raya, pemilik pesugihan juga bisa menandai orang lain untuk tumbal Blonong. Orang yang akan dijadikan tumbal oleh pemilik pesugihan biasanya memperoleh banyak pemberian. Tidak hanya uang dan makanan, tetapi harta benda juga diberikan. Pemberian ini sebagai tanda bagi Blorong, daftar jiwa seseorang yang akan dijadikan tumbal Pesugihan Blorong tidak hanya mendatangkan kekayaan secara instan, tetapi bisa juga dipakai untuk pelarisan, khususnya para pemilik rumah makan.
Cara ini bagi sebagian orang dianggap lebih ringan dosanya karena pemilik Blorong masih tetap harus berusaha dengan cara bekerja. Namun anggapan ringan dosa tidaklah demikian bagi Tuhan, karena dosa yang paling dilaknat adalah bersekutu dengan setan. Tidak pandang bagaimanpun cara yang ia jalani, menduakan Tuhan adalah sebuah dosa yang amat besar.
Memiliki pesugihan bagi orang-orang memang kerap menjadi alasan agar bisa hidup senang di dunia. Tetapi kesenangan dalam hidup sebenannya bukanlah harta dan kekayaan, melainkan ketenangan hati dan pikiran. Manusia menjalani hidup di dunia hanya sesaat saja, ibarat kata ‘Mung Sak Drema Mampin Ngombe’, hanya sekedar mampir minum saja. Oleh karena itu waktu yang sesaat hendaknya menjadikan manusia memiliki rasa ikhlas menerima, nerima ing pandum.
Komentar
Posting Komentar